Manusia Dari Dulu Emang Rasis Tapi Kita Bisa Berubah.
Dua hari ini kota Minneapolis rusuh. Sebabnya dua hari yang lalu seroang warga kulit hitam mati tercekik. Lehernya diinjak seorang polisi kulit putih. Kasus yang viral videonya ini memicu kemarahan banyak warga Minneapolis sehingga kota menjadi chaos.
Rasisme atau lebih tepatnya perlakukan buruk terhadap identitas yang berbeda sebenarnya sudah berlangsung sangat lama. Homo sapiens ketika muncul pertama kali, bukan satu satunya genus homo yang menguasai dunia. Paling tidak ada 9 spesies homo lain yang hidup di muka bumi. Dari Erectus sampai manusia Gua rusa merah.
Teori paling kuat saat ini menyatakan bahwa manusia manusia lain tersebut punah dibantai atau bahasa halusnya kalah bersaing dengan manusia. Memastikan bahwa dari dulu memang manusia berlaku buruk terhadap identitas selain dirinya. Sampai sekarang, belum ditemukan lagi spesies manusia selain sapiens yang masih hidup.
Manusia memang cenderung melindungi atau mempemperjuangkan identitasnya. Dari bukti diatas, hal ini sudah berlangsung lama. Ini sejatinya merupakan bagian dari mekanisme bertahan hidup di alam liar sejak zaman dulu. Tidak ada yang menjamin kalau manusia tidak membantai spesies lain, kita sapienslah yang berkuasa saat ini. Jika pembantaian tidak dilakukan, bukan tidak mungkin keturunan Denisovanlah yang sekarang mengendarai pesawat dan tulang tulang kita yang berada di museum.
Namun manusia sudah jauh lebih baik sekarang. Banyak manusia yang sadar bahwa untuk bertahan hidup, tidak perlu menyingkirkan yang lain. Semua bisa hidup berdampingan. Apalagi setelah munculnya diskursus tentang konstruksi sosial dan teori teori pendukungnya. Manusia mulai sadar bahwa apa yang membentuk seseorang hanya sebagian kecil karena faktor dianya sendiri, bagian besar lainnya terjadi karena faktor faktor sosial lain yang munculnya dari luar. Orang orang mulai memahami bahwa manusia menjadi Trump yang rasis, bukan karena keinginan dia, namun dibentuk kondisi sosialnya. Orang Papua tertinggal pendidikannya bukan karena otaknya yang bodoh namun karena kondisi sosialnya.
Sekarang bayangkan Hitler pada waktu itu diterima di jurusan seni. Mungkin tidak pernah terjadi perang dunia ke 2.
Comments
Post a Comment