Belajar Rendah Hati dari Bapak

Beberapa bulan lalu Rara mengikuti meeting dengan beberapa orang dari Pemda. Salah satunya pemimpin rapatnya adalah kepala seksi di sebuah dinas. Beliau datang mengendarai sebuah Pajero sport. Setelah selesai Rara bertanya, memangnya gaji kepala seksi segede itu ya? Saya jawab, nggak tau, mungkin ada usaha lain.

Seminggu yang lalu warga perumahanku mengadakan rapat. Salah satunya membahas tanah kosong milik kepala seksi di sebuah dinas. Tanah kosong tersebut ditumbuhi tanaman liar sehingga memancing hewan hewan seperti ular dan biawak yang mengganggu warga perumahan. Sayangnya ketika kami meminta nomor sipemilik lahan kepada dinas terkait, kami pulang dengan tangan kosong. Alasannya, menurut dinas tersebut, nomor pejabat tidak bisa diberikan kepada sembarang orang.

Dua kejadian tersebut membuat saya sering berfikir. Dua orang tersebut punya jabatan yang lebih rendah dari bapak ketika bekerja. Kenapa sepertinya status sosial ekonominya teelihat jauh.

Sebagai gambaran, bapak bekerja hanya memakai satu motor Honda Kharisma yang dibeli sekitar tahun 2005. Gaya hidup lainnya tidak berbeda jauh dengan motor tersebut.

Dari cerita ini dapat memancing pertanyaan. Darimana sumber pendapatan banyak pajabat daerah? Kemudian apakah gaji pegawai negeri di Indonesia sudah memadai mengingat banyak pegawai yang akhirnya mencari sampingan?

Diluar pertanyaan tersebut yang kemudian membuat saya jadi lebih menghormati bapak adalah tentang gaya hidupnya yang rendah sekali. Selain itu bapak hanya lulusan SMA,l. Untuk mendapatkan jabatan terakhir ketika bekerja rata rata dicapai oleh lulusan S2. Bapak juga bukan orang yang ambisius, beliau sangat tidak dominan. Bahkan dirumah beliau yang selalu ikut saja dengan apa keinginan Saya, Nisa, dan Ibu. Mungkin karena kerendahan hati tersebut itu rekan rekan kerjanya tidak menaruh iri dengki kepada bapak yang kebetulan bernasib lebih baik. 

Comments

Popular posts from this blog

Rekomendasi Brand Lokal Cowok

Sayur Sayuran yang Cocok untuk Berkebun di Rumah

Era Akhir Nasionalisme