Yang Kurang dari Stoikisme
Saya mungkin belum benar benar paham tentang Stoikisme. Saya bahkan baru saja memeriksa apakah benar tulisannya sepeti itu (stokisme).
Sepenangkapan saya stokisme adalah sebuah metode untuk tetap berfikir logis di semua situasi dalam menjalani hidup. Dalam stoikisme dikenal dikotomi kendali. Dimana seseorang perlu memahami hal hal yang dapat dia kendalikan dan tidak dapat dikendalikan. Kita disarankan untuk fokus pada hal hal yang dapat dikendalikan.
Hal hal yang tidak dapat dikendalikan termasuk keseahatan, karir, dan nasib seseorang. Saya setuju sampai disini. Dan menurut saya hal tersebut merupakan sebuah kemajuan dalam diskursus publik tentang apa apa yang baik. Seorang anak pemulung yang melanjutkan pekerjaan orang tuanya sebagai pemulung tentu tidak bisa dibilang tidak lebih berhasil dari seorang anak yang menjadi konsultan di McKinsey.
Namun seringkali kita terjebak hanya terbatas pada diri kita disinilah letak tidak setujunya saya terhadap pemikiran ini. Benar bahwa karir seseorang adalah sesuatu yang tidak dapat kita kendalikan tapi bukan berarti tidak ada usaha untuk merubah kearah yang lebih baik.
Terutama untuk hal hal yang bersifat struktural.
Kita tahu bahwa pemulung bukan lah pekerjaan yang harusnya ada. Dalam kondisi yang ideal, seharusnya ada petugas sampah yang memang mengurusi sampah. Pemulung muncul karena banyak faktor seperti kukurangan lapangan pekerjaan dan tidak adanya jaring pengaman sosial sehingga orang mau tidak mau terpaksa mengambil pekerjaan yang kurang layak untuk menyambung hidupnya. Disinilah pentingnya berempati melihat kesekitar apa apa yang dapat kita bantu atau paling tidak menentukan sikap.
Tentu saja bantuan tergantung dari kesanggupan kita. Seperti hadist nabi dapat dimulai dari hati(menetukan sikap).
Comments
Post a Comment