Kesalahan ekonom saat ini

Saat ini terjadi anomali yang besar tentang indikator indikator kesejahteraan. Negara negara maju yang memiliki indikator indikator ternyata emiliki kesehatan mental yang buruk. Misalnya selandia baru, salah satu negara dengan pendapatan perkapita terginggi di dunia ternyata memiliki ranking tertinggi penyakit mental bipolar juga. Selain itu negara maju asia tinur seperti jepang dan korea selatan misalnya, memiliki angka bunuh diri yang tinggi. Atau coba saja browsing tentang kesehatan mental di dunia, maka yang terparah akan muncul di negara megara maju dan negara negara terbelakang.

Hal ini menjadi pertanyaan. Apakah kemajuan ekonomi yang menjadi tujuan seluruh negara telah menuju ke arah yang tapat. Untuk apa menjadi lebih kaya kalau nyatanya tidak lebih bahagia. Saya pribadi tidak serta merta menentang kapitalisme sebagai sistem yang dominan di era modern ini sebagai sumber masalah. Karena termasuk data yang saya pakai diatas adalah hasil dari kapitalisme yang membiaya seluruh riset tersebut.

Lalu masalahnya dimana?
Menurut saya definisi kesejahteraan ini yang perlu diubah. Saat ini kebanyakan negara di dunia menggunakan tolak ukur pertumbuhan domestik bruto, pendapatan perkapita, dan rasio gini dalam sebagian besar diskursus tentang indikator negara maju. Namun indikator indikator ini tidak memasukan unsur kesahatan mental, akibatnya perekonomian tumbuh namun individu individu yang didalamnya hanya menjadi mesin ekonomi semata. Perlu indikator baru yang lebih humanis untuk meredefinisi ulang apa itu kesejahteraan.

Comments

Popular posts from this blog

Rekomendasi Brand Lokal Cowok

Sayur Sayuran yang Cocok untuk Berkebun di Rumah

Era Akhir Nasionalisme