Mentri Pendidikan yang baru

Ditengah pro dan kontra mentri mentri yang baru paling tidak ada suatu hal positif yang bisa kita harapkan. Tentu saja ini tentang mentri pendidikan Nadiem Makarim.

Pada 2030 jumlah penduduk usia produktif Indonesia akan sampai puncak puncaknya. Sebagian orang melihat hal tersebut dengan sisi positif. Sejarah mencatat jepang pernah memanfaatkan kondisi yang sama dan menjadikan sang negeri matahari terbit menjadi negara dengan ekonomi terkuat kedua di dunia.

Lalu bagaimana dengan Indonesia?

Sialnya momentum ledakan usia produktif ini menurut saya malah mengkhawatirkan. Saat ini perkembangan kecerdasan buatan sangatlah masif. Teknologi ini mulai menggantikan peran manusia di berbagai pekerjaan. Untuk itu jumlah penduduk usia produktif ini nantinya mungkin justru menjadi beban untuk republik ini.

Disinilah peran penting Nadiem. Berlatar belakang founder decacorn pertama Indonesia, Nadiem tentu diharapkan memiliki pandangan bagaimana angkatan kerja ini dapat sesuai dengan kebutuhan industri di masa depan. Pengalaman serta pengetahuannya tentang talenta yang dibutuhkan di perusahaan teknologi dapat membantu tugas tugasnya menjadi mentri pendidikan. Selain itu kedekatannya dengan penggiat pendidikan seperti Sabda ps dan Iman Usman semakin memberikan aura positif pada harapan kualitas pendidikan di republik.

Tak ada gading yang tak retak. Pendidikan yang berorientasi pada kebutuhan pasar dapat menjadi bumerang. Seperti baru baru ini selebriti korea yang meninggal karena kerasnya kehidupan karena tuntutan industri, pendidikan yang terlalu berorientasi pada kebutuhan pasar dapat menjadi masalah baru. Untuk itu perlu dipikirkan pula bagaiamana pendidikan tetap memanusiakan manusia seperti apa yang diharapkan bapak pendidikan kita Ki Hadjar Dewantara. Untuk itu saya harap Mentri pendidikan yang baru tetap menjaga nilai nilai kemanusiaan dan agama.

Akhir kata
Semoga sukses buat Nadirm Makarim

Comments

Popular posts from this blog

Rekomendasi Brand Lokal Cowok

Sayur Sayuran yang Cocok untuk Berkebun di Rumah

Era Akhir Nasionalisme