Jebakan Kemudahan

Dunia selalu penuh dengan kecemasan masa depan. Ketika kuliah, rasanya pusing sekali memikirkan skripsi. Ingin segera berganti kesibukan ketika melihat teman teman yang telah lulus dan mulai mencari kerja.

Lalu ketika lulus masalah justru bertambah. Dengan berbagai gelar yang ada, society seakan akan menuntut kita bekerja ditempat menurut mereka layak.

Ketika bekerja, muncul lagi tekanan berupa cibiran atas jabatan yang segitu segitu saja atau tuntutan lain seperti kapan menikah.

Ini memang bukan masalah yang muncul sekarang.

Menurut buku sapiens karya Yuval Noah, manusia pada zaman dahulu juga melakukan hal yang sama. Berfikir bahwa hidup akan lebih baik jika memproduksi makanan lebih banyak, manusia pada era pertanian awal berusaha menanam lebih banyak gandum yang akhirnya menyebabkan lebih banyak masalah. Tenaga yang lebih banyak dihabiskan lebih banyak, perubahan pola hidup menjadi menetap dari yang sebelumnya nomaden mengakibatkan meledaknya angka kelahiran yang akhirnya menuntut kembali penyediaan kabutuhan pokok lebih banyak.

Hal ini juga berlaku pada perkembangan teknologi. Saat ini banyak sekali alat yang dapat digunakan untuk mempermudah kebutuhan manusia. Mesin cuci, alat penyedot debu, rice cooker dan lain lain.

Namun lihat dampaknya. Manusia tetap saja penuh dengan kesibukan. Manusia modern bahkan bekerja sehari lebih dari 8 jam, yang artinya setengah dari seluruh kehidupan sadarnya, jika asumsinya tidur 8 jam juga.

Artinya sebenernya semua teknologi canggih ini sejatinya tidak membantu manusia untuk mendapatkan waktu dan kehidupan yang lebih baik.

Lalu harus bagaimana?
Pada akhirnya, sampai kapanpun dan dalam posisi apapun masalah dan kecemasan akan selalu ada. Yang bisa kita lakukan hanya tetap berjuang dan punya harapan sembari  tetap mengingat bahwa hidup harus bisa dinikmati dan disyukuri.

Comments

Popular posts from this blog

Rekomendasi Brand Lokal Cowok

Sayur Sayuran yang Cocok untuk Berkebun di Rumah

Era Akhir Nasionalisme