Teman Terbaik
Hidup yang bahagia selalu diisi dengan teman yang menyenangkan. Ketika SD saya dekat dengan Rafiq. Mungkin karena sama sama pendek dan sama sama lumayan rajin. Dia selalu kendapat ranking dua besar di pada saat itu. Walaupun tidak serajin Rafiq paling tidak saya selalu masuk lima besar 😎.
Ketika SMP, walaupun masih satu sekolah, saya tidak lagi akrab dengan Rafiq. Saya bermain dengan Anju, sesama anak cupu dan nanggung juga rajinnya. Kami sempat masuk kelas A namun terlempar bersama ke kelas b gara gara kebanyakan main cs (counter strike condition zero). Saya sih yakin, Saya dan Anju sama sama pinter, cuma nggak rajin aja. Di kelas B aku juga bertemu dengan Agus. Kayaknya aku nggak ada kesamaan interest sih sama Agus tapi entah kenapa sering main aja. Oh kakaknya agus sekelas dengan kakak saya, tapi ya nggak dekat juga mereka.
Di rumah, saya punya banyak teman akrab, Dio, Bahrul, Bopik, Arifin, Ucup. Sebenernya hubungannya nggak se akrab itu sih 😅. Tapi tiap hari main bareng. Kombinasi yang bikin bego pada saat itu, pagi siang ketemu Anju dan Agus, sore malam ketemu orang orang itu. Kapan saya belajarnyaaa?
Masa SMA saya nggak menarik. Jadi nggak perlu dibahas.
Lalu kuliah, teman teman menyenangkan muncul kembali. Dan tidak seperti ketika SMP, kali ini lebih seimbang. Teman teman saya di kosan enak buat nongkrong. Teman di kampus enak buat berkembang. Masa kuliah saya dihabiskan untuk nongkrong dan berorganisasi.
Kemudian seperti semua orang di masa quarter life crisis, setelah kuliah, teman teman mulai berkurang.
Beruntungnya saya mempunyai satu teman yang masih dekat hingga saat ini. Termasuk di masa masa tersulit dalam hidup saya, ketika Ibu saya meninggal.
Dan dengan dialah saya berencana menikah.
Alasan saya ingin menikah cukup sederhana. Saya butuh teman untuk menjalani cobaan hidup sebagai manusia. Seperti kisah pertemanan saya diatas, teman teman selalu datang dan pergi. Perlu ada ikatan lain yang lebih erat dari itu. Pernikahan.
Mengapa butuh teman?
Beberapa saat yang lalu saya membaca artikel di the conversation, yang mengatakan pada dasarnya manusia akan selalu hidup tidak bahagia.
Pikiran manusia akan selalu menginginkan hal hal baru sehingga perasaan perasaan buruk terus muncul. Artikel itu menjadi bukti bahwa pada dasarnya "hidup di dunia adalah cobaan".
Lalu dilain waktu saya menemukan surat ini.
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri (pasangan) dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenang (sakinah) kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih (mawadah) dan sayang (rahmah). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (Ar Rum : 21).
Ajaib sekali ayat ini. Ditengah cobaan Allah menakdirkan pasangan pasangan hidup untuk tiap orang untuk merasa tenang(sakinah). Ketenangan menurut saya menjadi kemewahan yang jarang diperhatikan apalagi untuk saat ini.
Saya tidak memungkiri ada alasan lain seperti orangnya yang solehah, wajah yang cantik dan otak yang pintar(berdasarkan artikel yang saya baca, kecerdasan seorang anak laki laki 40% dipengaruhi kecerdasan ibunya). Namun alasan ini tidak sebanding dengan alasan kococokan sebagai teman, cuma kepada dia saya bisa bercerita bebas, cuma dia yang bersedia mendukung di titik titik susah. Dengan dia saya lebih.merasa tenang.
Comments
Post a Comment