Jangan mudah menjudge sesuatu.
Seperti yang pernah saya ceritakan, kondisi fisik saya ketika SD dan SMP kecil sekali. Tak jarang karenanya saya di bully.
Saat SMP salah satu pembully saya katakanlah bernama Rio. Dia kerap kali memukul saya ketika bercanda. Sampai pada suatu hari saya sedang duduk di rumah menghadap ke jalanan.
Tiba tiba saya melihat bapaknya Rio berboncengan dengan seorang wanita muda menuju ke arah bukit.
Esok harinya dengan polosnya saya tanyakan ke Rio. "Rio, kemarin sa liat ko pu bapak bonceng cewek ke gunung". Udin menjawab, "Iya kah, itu da punya selingkuhan berarti".... . Lalu kemudian dengan sedih Rio bercerita tentang Bapaknya yang selingkuh dan seringnya marah marah di rumah.
Cerita ini sebenernya mirip dengan apa yang sering terjadi saat ini. Kebanyakan kehidupan orang tidak seperti yang kita kira, terutama akibat sosial media. Di dunia nyata maupun sosial media, kita cenderung menunjukan apa yang baik di mata orang. Contohnya jarang sekali kita membalas kabar buruk ketika ditanya kabar, kita cenderung menunjukan foto yang bagus di Instagram, atau opini yang menarik di Twitter.
Dalam marah seseorang mungkin ada tekanan besar atas kerjaannya. Dalam bullyan seorang anak mungkin ada cerita hilangnya kasih sayang dari keluarganya. Dalam foto senyum ketika liburan akhir pekan, terkadang ada kisah sulit berhari hari melewati tekanan kerja.
Comments
Post a Comment